Salam dari Sumba buat kamu yang membaca blog ini |
Hari itu tepatnya tanggal 30 Oktober
2015 pukul 18.00 WIB saya bergegas menuju bandara Adisutjipto untuk menunaikan
tugas berangkat ke Sumba via Bali. Pada sore itu saya sangat semangat tetapi
karena terkendala kabut asap maka pesawat yang akan saya tumpangi delay.
Rumah Adat Sumba (Daerah Kanatang) arah barat dari kota Waingapu |
Cukup lama saya menunggu akhirnya pukul
23.00 saya baru terbang dari Jogja menuju Bali. Pukul 02.00 dini hari waktu
setempat saya tiba bandar udara Ngurah-rhai, Denpasar, Bali. Saya langsun di
jemput taxi dari wisma tempat saya akan menginap. Kami langsun keluar dari
bandara menuju ke Wisma CT1 dan saya langsun merebahkan tubuh saya.
Rasa lelah membuat saya tidak
menghiraukan apapun lagi selain menutup pintu dan merebahkan tubuh saya ke
tempat tidur. Pagi itu pukul 07.00 WITA saya sudah bangun langsun mandi dan mengambil
sarapan. Selesai sarapan saya langsun melangkah menuju tangga turun dengan
menyeret koper saya untuk segera keluar dari wisma menuju taxi yang akan menghantarkan
saya ke bandara.
Pukul 08.15 saya tiba di bandara dan
langsun chek-in, selesai chek-in saya langsun naik menuju pintu empat. Saya sedikit
kebingungan karena di tiket tertera sriwijaya air tetapi ketika chek-in pada
boarding pass ditulis NAM AIR. Karena kurang tidur saya tidak fokus untuk
membacanya, untung saja saya belum terlambat masuk ke dalam pesawat. Cukup menegangkan
karena saya hampir terlambat masuk. Syukurlah saya dapat masuk dan pukul 10.50
WITA saya tiba di bandara umbu mehang kunda waingapu.
Selama di sumba banyak hal yang saya
pelajari, baik dari adat, budaya, suku dan agamanya. Saya bersyukur diberi
kesempatan berkunjung ke Sumba. Saya di sambut sangat baik dari keluarga tempat
saya tinggal dan teman-teman pemuda kativis Stube yang ada di sumba.
Suasana pagi hari di depan sekolah SMA Negeri 2 Waingapu |
Saya berbagi
pengalaman membuat sirup Jambu mete, saya banyak bercerita tetapi saya yang
banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman. Sebab para mama-mama dan bapa-bapa
semuanya senang bercerita. Saya senang mereka semua mau bercerita kepada saya
mengenai kehidupan masyarakat Sumba.
Gereja Kristen Sumba Jemaat UMAMAPU |
Pada bulan Oktober seharusnya sudah
hujan tetapi ternyata terjadi kemarau panjang hampir di seluruh Indonesia dan
sumba juga termsuk salah satu yang sangat terasa dampaknya.
Gersang akibat kemarau panjang di Tanah Stube desa Kanatang |
Banyak sumur yang
kering, banyak ladang yang gersang sehingga banyak sawah yang kekeringan. Pemandangan
perbukitan yang duu hijau ketika saya datang sangatlah berbedah karena begitu
gersang berwarna coklat ketuaan.
Sumur di desa Praihambuli yang begitu dalam |
Banyak hal yang saya pelajari, saking
terlalu terpesona saya lupa apa yang akan saya tulis dalam laporan saya. Saya terpesona
ketiaka melihat karya TUHAN begitu nyata dalam setiap jengkal tanah yang saya
pijaki. Sungguh TUHAN itu luar biasa, karyanya begitu memesonaku dalam sekejap
mata saya hanya bisa tersenyum lepas dan membiarkan angin memebelai diri saya
dengan begitu lembutnya.
Menikmati keheningan yang penuh damai |
Perjalanan ini membuat saya ingin
selalu menjajaki seluruh pelosok nusantara. Suatu ketika terbesik dalam pikiran
saya, saya belum menaklukan tanah halmahera maka satu atau dua tahun lagi saya
akan mengadakan perjalanan menjajaki tanah kelahiran saya dan menemukan karya
TUHAN di tanah halmahera.
Pemandangan di bendungan |
Sumba negeri elok nan rupawan, satu dari sekian
banyak pulau yang begitu memesona, alamnya yang begitu asli, semuanya bagaikan
satu gambaran nyata karya TUHAN yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Suasana di Pelabuhan angkutan barang Waingapu |
Bagi kamu yang mengaku anak muda,
buktikanlah untuk mau menerima tantangan berkarya di pelosok nusantara. Di luar
sana masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita, mereka membutuhkan
inspirasi, motivasi serta teman untuk bercerita.
Arah dari belakang Gereja Kristen Sumba Jemaat Kanjunga Bakul |
Saya menanti perjalan berikutnya, kemanapun itu aku
akan berusaha untuk menjalaninya. Aku yakin masih banyak tempat yang akan aku
pijaki sebab masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita semua ..
Makasih sudah membaca Blog Saya |
*SAP*