Diantara kegiatan yang di ikiuti salah satunya
adalah kegiatan bina Desa pada tahun 2012-2014. Pada awal Maret 2014 Dia dan
beberapa rekannya yang tergabung dalam satu tim memiliki inisiatif mengajukan
proposal untuk mengikuti Program Hibah Bina Desa oleh Dirjen Dikti. Ada
beberapa tahap yang harus mereka lalui, yaitu pra proposal, proposal dan
presentasi.
Tema yang diusung dalam proposal mereka adalah budidaya tanaman
jahe.
Dari 1200 buah proposal yang diajukan
untuk Dana Hibah hanya 75 proposal yang disetujui dan diberi dana untuk
pengembangannya. Kelompoknya termasuk salah satu yang terpilih. Sudah pasti
untuk sampai ke titik ini, banyak proses panjang harus dilewati dan hasilnyapun
sungguh sangat memuaskan.Setelah proposal mereka di setujui,
mereka harus segera menentukan desa mana yang akan mereka tuju untuk menjadi
sasaran pembinaan kelompoknya.
Dari berbagai kriteria untuk menjadi desa binaan,
akhirnya mereka memilih desa Kaderowo, Gilangharjo, Pandak, Bantul. Desa ini
dihuni oleh enampuluh kepala keluarga dan rata-rata adalah petani. Desa ini
terpilih karena para petani disini sangat banyak memiliki waktu luang dan
kadang mereka hanya menunggu dan menanti akan musim panen. Jika mereka memiliki
pekerjaan tambahan maka mereka dapat lebih produktif lagi dan dapat menjadi
mandiri.
Hasil kerja keras mereka tak sia-sia
karena setidaknya mereka dapat mengimplentasikan ilmu mereka langsung ke
lapangan dan dapat berbaur dengan masyarakat sekitar mereka. Membudidayakan
jahe cukup prospek jika ditekuni. Mulai dari pembibitan pada usia tiga minggu
sudah bisa dijual dengan harga Rp. 3000,- per polibek sedangkan yang usianya
1-2 bulan dijual dengan harga Rp. 6000,- per polibek.
Jenis jahe yang dibudidaya sendiri
adalah jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah. Untuk jenis panennya sendiri
berbeda-beda tergantung akan dijadikan apa jahe tersebut nanti. Karena jahe
yang di budidaya disini sudah dijadikan manisan dengan masa panen empat bulan,
sirup dan emping jahe dengan masa panen delapan sampai Sembilan bulan.
Untuk dapat mengawetkan jahe tak
perlu dengan cara yang sulit hanya perlu menjadikannya simplisia dan dapat disimpan
dengan masa waktu yang lama. Jika telah dijadikan simplisia dan dibubukan maka
harga jualnya akan semakin mahal tergantung dari jenis jahe dan harga jual
mentahnya. Semakin mahal harga jahe mentahnya maka harga bubuk simplisianya
akan semakin mahal berkisar antara Rp. 100.000;- - 150.000; per kg-nya. Dari
ketiga jenis jahe yang dibudidaya disini yang paling mahal adalah jahe merah.
Harapan dari Elis dan teman-temanya
yang tergabung dalam tim Bina Desa ini tak banyak, yang mereka inginkan dari
para petani adalah mereka tidak lagi bergantung pada produk-produk luar dan
mereka mampu membuat produk sendiri dengan hanya berbahan jahe. Dan yang paling
mengesankan Dia berharap agar desa ini dapat menjadi satu desa penghasil bahkan
menyuplai jahe. Jika memungkinkan dapat juga menjadi desa yang terkenal dengan
sebutan desa jahe. Hal uniknya lagi mereka tak menggunakan pupuk kimia
melainkan pupuk organik yaitu kompos.
Jika petani kita bisa mandiri dalam
membuat dan menyiapkan bibit, menanam, memanen, dan dapat mengolahnya menjadi
produk jadi, maka kita akan dapat memberi sumbangsih pada negeri ini dalam
memerangi produk Impor. Semangat selalu Elis, saya yakin masih banyak Elis-elis
lain di luar sana.
1 komentar:
ciee mbak Elis... :D
Posting Komentar