Senin, 15 Desember 2014

Bhineka Tunggal Ika Masih Hidup

Bagaimana perasaan anda ketika dapat membawakan tarian asli daerahmu di tempat lain ? Apakah anda senang ? Apakah anda sedih ? Atau biasa saja. Suatu kebanggan ketika kita dapat menari tarian asli daerah kita di negeri orang. Pada hari Rabu 10 Desember 2014 Korps Mahasiswa Pemerintah Universitas Muhammadiya Yogyakarta, mengadakan Fest Gebyar Goverment Semarak Cinta Bhineka Tunggal Ika Dalam Seni Budaya dan Kuliner. 


Acara ini sangat meriah karena dihadiri oleh beberapa Ikatan Pelajar Mahasiswa yang berada di Jogja untuk turut mengambil dalam memamerkan tarian daerah dan basar makanan khas. Ada Ikatan Pelajar Mahaiswa Thailand, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sumatera, DKI dan Maluku utara.

Pada kesempatan ini Propinsi Maluku Utara turut mengambil bagian menampilkan makan khas berupa sagu, pisang coe, lalampa dan cucur. Serta mereka menampilkan foto-foto yang diberi judul wajah-wajah Maluku Utara. Mereka juga memamerkan tarian daerah yaitu soya-soya, kapita dan cakalele. Setiap daerah juga turut mengambil bagian untuk memamerkan tarian khas daerah seperti tarian Dayak, Batak dan beberapa tarian lainnya dari Jawa. 

Nuansa adat sangat terasa disni, karena pembawah acarapun memakai pakaian adat dari Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sungguh sangat terasa ke Indonesian disini karena rata-rata penampilan dari setiap IKPM sangat menonjolkan kekhasan daerah mereka. Semoga kegiatan seperti terus dikembangkan dan di lakukan secara kontinyu. Karena mengapa ? Acara seperti sangat membantu kita untuk dapat belajar menerima adat budaya dari saudara-saudara kita yang berbedah adat budaya dengan kita. 

Semangat terus untuk menunjukan pada Dunia bahwa kekuatan kita adalah perbedaan kita.

Jumat, 12 Desember 2014

Ketika Yang Muda Berkarya

Dengan nama Elisabeth Novia Listiawati dan kelahiran Karanganyar, 21 November 1993 adalah seorang mahasiswa aktif di Universitas Mercubuana Yogyakarta Fakultas Industri, Prodi Angroteknologi (2011). Sebagai mahasiswa Agroteknologi Dia bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Agroteknologi dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarkan oleh organisasi tersebut.
 Diantara kegiatan yang di ikiuti salah satunya adalah kegiatan bina Desa pada tahun 2012-2014. Pada awal Maret 2014 Dia dan beberapa rekannya yang tergabung dalam satu tim memiliki inisiatif mengajukan proposal untuk mengikuti Program Hibah Bina Desa oleh Dirjen Dikti. Ada beberapa tahap yang harus mereka lalui, yaitu pra proposal, proposal dan presentasi. 

Tema yang diusung dalam proposal mereka adalah budidaya tanaman jahe.
Dari 1200 buah proposal yang diajukan untuk Dana Hibah hanya 75 proposal yang disetujui dan diberi dana untuk pengembangannya. Kelompoknya termasuk salah satu yang terpilih. Sudah pasti untuk sampai ke titik ini, banyak proses panjang harus dilewati dan hasilnyapun sungguh sangat memuaskan.Setelah proposal mereka di setujui, mereka harus segera menentukan desa mana yang akan mereka tuju untuk menjadi sasaran pembinaan kelompoknya. 

Dari berbagai kriteria untuk menjadi desa binaan, akhirnya mereka memilih desa Kaderowo, Gilangharjo, Pandak, Bantul. Desa ini dihuni oleh enampuluh kepala keluarga dan rata-rata adalah petani. Desa ini terpilih karena para petani disini sangat banyak memiliki waktu luang dan kadang mereka hanya menunggu dan menanti akan musim panen. Jika mereka memiliki pekerjaan tambahan maka mereka dapat lebih produktif lagi dan dapat menjadi mandiri.

Hasil kerja keras mereka tak sia-sia karena setidaknya mereka dapat mengimplentasikan ilmu mereka langsung ke lapangan dan dapat berbaur dengan masyarakat sekitar mereka. Membudidayakan jahe cukup prospek jika ditekuni. Mulai dari pembibitan pada usia tiga minggu sudah bisa dijual dengan harga Rp. 3000,- per polibek sedangkan yang usianya 1-2 bulan dijual dengan harga Rp. 6000,- per polibek.

Jenis jahe yang dibudidaya sendiri adalah jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah. Untuk jenis panennya sendiri berbeda-beda tergantung akan dijadikan apa jahe tersebut nanti. Karena jahe yang di budidaya disini sudah dijadikan manisan dengan masa panen empat bulan, sirup dan emping jahe dengan masa panen delapan sampai Sembilan bulan.
Untuk dapat mengawetkan jahe tak perlu dengan cara yang sulit hanya perlu menjadikannya simplisia dan dapat disimpan dengan masa waktu yang lama. Jika telah dijadikan simplisia dan dibubukan maka harga jualnya akan semakin mahal tergantung dari jenis jahe dan harga jual mentahnya. Semakin mahal harga jahe mentahnya maka harga bubuk simplisianya akan semakin mahal berkisar antara Rp. 100.000;- - 150.000; per kg-nya. Dari ketiga jenis jahe yang dibudidaya disini yang paling mahal adalah jahe merah.
Harapan dari Elis dan teman-temanya yang tergabung dalam tim Bina Desa ini tak banyak, yang mereka inginkan dari para petani adalah mereka tidak lagi bergantung pada produk-produk luar dan mereka mampu membuat produk sendiri dengan hanya berbahan jahe. Dan yang paling mengesankan Dia berharap agar desa ini dapat menjadi satu desa penghasil bahkan menyuplai jahe. Jika memungkinkan dapat juga menjadi desa yang terkenal dengan sebutan desa jahe. Hal uniknya lagi mereka tak menggunakan pupuk kimia melainkan pupuk organik yaitu kompos.

Jika petani kita bisa mandiri dalam membuat dan menyiapkan bibit, menanam, memanen, dan dapat mengolahnya menjadi produk jadi, maka kita akan dapat memberi sumbangsih pada negeri ini dalam memerangi produk Impor. Semangat selalu Elis, saya yakin masih banyak Elis-elis lain di luar sana.

Senin, 08 Desember 2014

Berperang Tanpa Amunisi




Menutup tahun 2014 Stube-HEMAT Yogyakarta mengadakan satu pelatihan terakhir di semester ini. Pelatihan yang berlangsun dari Jumat-Minggu, 21-23 November di Wisma PGK Shanti Dharma ini berlangsun cukup baik dari awal acara sampai akhir acara. Peserta pelatihan yang hadir bervariasi mulai dari semester 1 sampai semester yang paling akhir.  Peserta yang hadirpun dari berbagai penjuru tanah air, mulai dari timur sampai barat Indonesia.

Tema besar pelatihan kali ini Populasi, Pasar dan Tenaga Kerja dengan tema : Carpe Diem “Petiklah Harimu”.  Tema ini diambil agar setiap peserta yang hadir dapat turut mengambil bagian untuk setiap kegiatan dan aktifitas yang mereka lakukan agar segera mereka selesaikan jangan lagi menunda-nunda yang harus mereka kerjakan.

Semua pemateri yang dihadirkan panitia sangat menggugah rasa ingin tahu dan diskusi dalam forum berjalan baik karena para peserta tidak hanya duduk diam tetapi juga mereka semua terlibat aktif untuk bertanya. Pemateri-pemateri yang dihadirkan diantaranya :
1.  Bpk. Hadi Sutarmanto (Psikologi UGM) yang membawakan materi “Persaingan Bursa Tenaga Kerja dan Kompetisi Pasar” : Psikotes Dan Kualifikasi Tenaga Kerja.
2.  Struktur Birokrasi  dan Ketenagakerjaan : Aturan Perundangan Ketenaga Kerjaan dan Etika Dalam Bekerja, oleh : Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja diwakili oleh Bpk. Kinardi.
3.   Ibu  Sri Hartati dari Kantor Pemberdayaan Perempuan Yogyakarta.
4.  Tantangan Mahasiswa berkaitan Dengan MEA : “ Ekonomi Berbasis Pengetahuan” oleh : Dr. Murti Lestari, M.Sc , Peneliti Ekonomi Pembanguan sekaligus Board Stube-HEMAT. 

Pak Hadi lebih banyak mengarah pada psikologi seorang pekerja. Psikologi pekerja yang harus kita ketahui dan hal penting yang dapat membantu kita menempatkan seseorang sesuai dengan besik dan keahlianya serta ada beberapa tips yang diajarkan agar kita dapat dengan mudah mengenali karakter orang melalui caranya menggambar pohon, menggmbar titik menjadi benda mati atau hidup. Sudah pasti setiap orang berbedah dalam menggambar.
Pak Kinardi sendiri lebih pada mengajarkan dan memberi pemahaman UU buruh dan sepak terjang buruh dalam berjuang memperoleh hak-haknya. Karena jika kita melihat saat ini banyak buruh yang masih terlantar dan bahkan tak diperhatikan aspirasinya.
Ibu Sri sendiri memberi pemahaman masalah Gender dalam dunia kerja dan bagaimana penempatan gender itu sendiri serta seberapah jauh peserta memahami tentang gender itu sendiri.
Penutup materi Ibu Murti sekaligus sebagai Boart Stube-HEMAT membawakan materi yang sangat membuat penasaran dan baru padahal materi ini seharusnya sudah lama kita ketahui.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah suatu kesepatakan pada KKT ASEAN yang isinya adalah akan diadakannya pasar bebas pada tahun 2015 mendatang. Sungguh sangat mengagetkan bukan ? Mengapa kita belum mengetahui apa itu MEA padahal masalah ini sudah hampir 11-12 tahun diresmikannya. Hal yang lebih mengagetkan lagi kita akan bersaing secara bebas dengan semua negara-negara ASEAN.
Mulai dari bisnis, pendidikan, kesehatan, dan semua aspek yang dapat dijadikan komoditi pasar dan memiliki nilai jual. Pertanyaannya apakah masyarakat kita sudah siap dengan hal ini ? Apakah mereka sudah mendengar atau mengetahui hal ini ? Ini merupakan PR yang berat bagi masyarakat yang masih awam pengetahuannya.
Hal yang selalu menggelitik adalah sampai dimana mereka mampu bersaing, sedangkan dalam negeri sendiri saja mereka belum mampu. Tetapi apa mau di kata hal ini tidak dapat kita hindari, mau tidak mau kita harus siap mengahadapinya. Maka mulai saat ini sekalipun kita belum siap untuk bersaing secara luas setidaknya kita mampu bertahan dari arus pasar bebas yang berlangsun pada 2015  mendatang. 

Harapan dari pelatihan ini yang di kemukakan oleh Yohanes Dian Alpasa selaku koordinataor lapangan adalah teman-teman peserta mampu untuk membangun, mempererat , dan menjaga jejaring dan komunikasi dengan orang-orang yang telah mereka kenal baik dalam pelatihan ini ataupun yang mereka temui diluar sana. Serta mereka mampu dan mau membuka diri untuk menerima hal-hal baru dan mau untuk terus belajar dan bersaing secara terbuka.

Karena apapun yang akan terjadi kita telah berada dalam masa dimana kita harus besaing secara bebas dan luas dengan siapa saja dan dimana saja. Maka kita harus mulai membangun diri kita dan terus belajar agar kita dapat menjadi ahli dalam bidang yang kita tekuni.

Jumat, 05 Desember 2014

MDGs Untuk Kesehatan Ibu dan Anak



Tujuan Pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu.
Deklarasi tersebut berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. 
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Sedikit uraian pengantar tentang MDGS dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan tanpa terkecuali. Melihat hal ini Stube-HEMAT pada Selasa 3 Juni 2014 mengadakan diskusi tentang MDGS dengan pemateri Ibu Murti Lestari selaku Board Stube-Hemat.
Dari pemaparan beliau yang paling disoroti Indonesia  adalah tingkat kesehatan Ibu dan Anak. Karena sejauh ini kesehatan baik Ibu hamil serta balita masih rendah dan bahkan sangat jauh dari yang seharusnya. Maka dari itu pemerintah berupaya agar supaya pada Tahun 2015 dapat memenuhi standart kesehatan yang semestinya.
Dilanjutkan lagi bawashannya pemerintah telah mampu setidaknya menurunkan angka kematian Ibu dan Anak. Tetapi itu adalah ukuran dari pemerintah yang mengatakan demikian kita belum mengetahui ukuran dari LSM-LSM yang juga turut berperan dalam pemantauan pelaksanaan MDGs itu sendiri. Hal yang menarik dari diskusi ini adalah ada beberapa mahasiswa yang belum sama sekali mengerti bahkan memahami apa itu MGDs.
            Sungguh hal yang sangat menyedihkan bukan ? Mahasiswa yang seharusnya lebih mengatahui dan lebih paham tentang keadaan yang terjadi saat ini di Indonesia  malah mereka yang juga belum bahkan tidak tau sama sekali tentang MDGS, apa tujuan dan manfaatnya.
Maksud dan tujuan dari diskusi MDGS yang dilaksanakan di sekretariat  Stube-HEMAT pada malam rabu dalam suasana remang-remang karena listrik padam ini yaitu untuk membekali Angga seorang perwakilan mahasiswa yang diutus Stube-HEMAT Jogja untuk mengiktu acara pertemuan Pemuda Lintas Agama di Frangfrud, Germany dan juga untuk menjadi bahan diskusi bagi teman-teman aktivis Stube secara keseluruhan.
Jadi tema MDGS diusung agar supaya Dia yang diutus setidaknya mengetahui dan dapat memepresentasikan sejauh mana pencapaian pelaksanaan MDGS di Indonesia itu berhasil serta teman-teman aktivis Stubepun dapat memahami karena pada umumnya semua belum memahami dan mengerti tentang MDGS itu sendiri. Kita mungkin hanya mahasiswa tetapi kita juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar sebagai warga negara Indonesia.
Kita telah telah dimerdekakan maka tinggal bagaimana kita mampu menggunakan dan mengisi kemerdekaan kita dengan penuh rasa tanggung jawab. Sekiranya diskusi ini tak berakhir disini tetapi bagaimana diskusi ini mampu menumbuhkan semangat kita untuk tetap belajar, belajar, dan belajar untuk menggapai cita-cita dan harapan bangsa lewat sikap, tindakan serta prilaku kita.

Ternyata Negeri ini Bukan Lagi Negeri Para Kapita tetapi Negeri Para Pemain Drama



Dahulu di juluki negeri para Kapita. Karena Kapita-kapita yang lahir di negeri ini mampu memperjuangkan kemenangan dan mempertahankan harga diri merreka pada zamannya. Negeri yang menyimpan begitu banyak Sumber Daya Alam yang mampu menghidupi semua masyarakatnya. Negeri yang memiliki hasil Bumi dan laut yang melimpah pada zaman yang sudah hampir terlupakan. Zaman-zaman dimana semua orang tidak lagi mementingkan diri sendiri tetapi berjuang untuk kepentingan bersama. 


Buli Buku Matiti adalah sebuah Desa yang dahulunya sangat nyaman dan bahkan dapat membuat siapapun betah hidup disana. Air sungai yang deras mengalir dari mata air yang keluar dari perbukitan mampu melepaskan dahaga, air laut yang menyimpan berbagai jenis biota lautnya dan hasil tambang yang sampai saat ini menjadi akar dari sebuah ketidakadilan di Negeri ini.


Kemajuan suatu daerah di ukur dari pembangunan infrastrukturnya. Hal ini sudah menjadi hal yang umum di ketahui semua orang. Tetapi pernahkah terpikir di pikiran kita apakah dampak dari pembangunan yang tidak merata bagi kesejateraan banyak orang ? Apakah kita pernah sedikit saja memikirkan kebahagiaan banyak orang ? Apakah kita pernah dalam hidup kita membuat orang lain bahagia dan nyaman dengan sikap kita ? Semua orang selalu ingin melakukannya tetapi hanya sedikit yang mampu melakukannya. Mengapa demikian ? Karena mereka selalu gagal dari awal di kalahakan oleh keinginan untuk lebih mengutamakan diri mereka terlebih dahulu dari pada kepentingan banyak orang.


Negeri yang dulunya adalah negeri para Kapita dihapus dan digusur oleh mereka yang mengaku keturunan dan mengaku mencintai daerahnya. Sudah bukan rahasia publik lagi jika semua orang ingin memperoleh lebih dari apa yang dia berikan. Dalam suasana yang tak menentu semua orang berusaha berjuang memperjuangan hidup mereka, padahal di sekitar mereka ada orang-orang yang mampu dan bisa membantu mereka tetapi mengapa mereka seperti tidak berada disana ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan mereka.


Negeri ini hanya butuh satu sentuhan “CINTA KASIH TANPA PAMRIH” , negeri ini membutuhkan mereka yang mau berjuang dan benar-benar berjuang bukan hanya ketika di balik layar mereka berani memberi harapan tetapi ketika di belakang layar semuanya seolah-olah hanya sebuah lelucon dan sangat menyenangkan jika terus-menerus di jadikan sebuah permainan.


Wahai anak negeri yang sedang tertidur kapankah kalian akan terbangaun? Kapankah kalian akan berbicara ? Sampai kapan kalian akan diam membisu ? sampai kapan kepura-puaraan ini seakan-akan memang benar adanya ? Negeri ini membutuhkan kalian. Negeri ini merintih dan menangis ketika isi perutnya di gali dan isi perut di keluargkan tanpa di kasihani. Kapankah air matanya akan berhenti, apakah tidak ada harapan lagi untuk berjuang ? Apakah semuanya sudah berakhir ? Jawaban apakah yang terbaik untuk semuanya ini ? Ternyata negeri ini bukan lagi negeri para kapita yang dulunya berjuang untuk sebuah keadilan bersama.