Sumba, negeri elok yang begitu
rupawan. Wilayah yang dikenal dengan tanah marapu karena di sini masih terdapat
kepercayaan lain yang disebut marapu. Banyak cerita yang dapat dikemas dan di
ceritakan. Tetapi dari sekian banyak itu ada satu cerita yang sama dengan
daerah asalku. Masalah pembagian harta warisan.
Di kampung halamanku
pembagian harta warisan yang berhak penuh adalah saudara laki-laki. Jika saudara
perempuan ingin juga maka dia harus meminta kepada saudara laki-lakinya. Terdengar
tidak adil bukan ? Tetapi yang menarik
adalah di kampung saya perempuan tidak mendapatkaan harta warisan tetapi dia
akan meminta untuk disekolahkan.
Ketika seorang perempuan telah
disekolahkan, maka jika dia tidak mendapatkan warisan dia juga tidak memaksa
untuk dibagi warisan. Tetapi hal ini juga tidak semua keluarga melakukannya. Karena
ada keluarga yang malah untuk pernikahan relah berkorban tetapi jika
menyinggung masalah menyekolahkan anak, rasanya sangat sulit bagi mereka untuk merogok kocek membayar biaya sekolah yang semakin mahalnya. Hal ini mulai tergerus
setelah tahun 2000an.
Pada saat tiba di Sumba saya juga
mendengarkan hal yang sama. Tidak banyak yang dapat saya bagikan kepada
teman-teman di sana, saya hanya bercerita seperti biasanya dan mengharapkan
mereka untuk berpikir sendiri memecahkan dan mencari apa solusi yang tepat
untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi sekilas saya melihat banyak
sekali anak-anak perempuan yang sudah bersekolah dan kesadaran untuk mengeyam
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu jalan terbaik untuk dapat mengubah
cara pandang dan pola pikir seseorang. Maka jika masih ada waktu untuk dapat
belajar teruslah belajar agar mampu menguabah diri dan orang-orang di
sekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar