Rabu, 11 November 2015

Pendidikan Jalan Emas




Sumba, negeri elok yang begitu rupawan. Wilayah yang dikenal dengan tanah marapu karena di sini masih terdapat kepercayaan lain yang disebut marapu. Banyak cerita yang dapat dikemas dan di ceritakan. Tetapi dari sekian banyak itu ada satu cerita yang sama dengan daerah asalku. Masalah pembagian harta warisan.




Di kampung halamanku pembagian harta warisan yang berhak penuh adalah saudara laki-laki. Jika saudara perempuan ingin juga maka dia harus meminta kepada saudara  laki-lakinya. Terdengar  tidak adil bukan ? Tetapi yang menarik adalah di kampung saya perempuan tidak mendapatkaan harta warisan tetapi dia akan meminta untuk disekolahkan.



Ketika seorang perempuan telah disekolahkan, maka jika dia tidak mendapatkan warisan dia juga tidak memaksa untuk dibagi warisan. Tetapi hal ini juga tidak semua keluarga melakukannya. Karena ada keluarga yang malah untuk pernikahan relah berkorban tetapi jika menyinggung masalah menyekolahkan anak, rasanya sangat sulit bagi mereka untuk merogok kocek membayar biaya sekolah yang semakin mahalnya. Hal ini mulai tergerus setelah tahun 2000an.



Pada saat tiba di Sumba saya juga mendengarkan hal yang sama. Tidak banyak yang dapat saya bagikan kepada teman-teman di sana, saya hanya bercerita seperti biasanya dan mengharapkan mereka untuk berpikir sendiri memecahkan dan mencari apa solusi yang tepat untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi sekilas saya melihat banyak sekali anak-anak perempuan yang sudah bersekolah dan kesadaran untuk mengeyam pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu jalan terbaik untuk dapat mengubah cara pandang dan pola pikir seseorang. Maka jika masih ada waktu untuk dapat belajar teruslah belajar agar mampu menguabah diri dan orang-orang di sekitar kita.



Tidak ada komentar: